Ternyata 5 butir Sila dalam Pancasila terilhami dari pohon Sukun di Ende, Flores. Bagaimana kisahnya?
Dari tahun 1934-1938, Ir. Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Ende,
Floers. Saat di pengasingan tersebut, tokoh proklamator ini sering
bermain bola bersama masyarakat setempat. Saat lelah ia bernaung di
bawah pohon sukun berbatang lima.
Saat inilah Soekarno merenung sambil memikirkan bagaimana menyatukan
Nusantara dalam satu dasar negara. Saat mengamati batang pohon sukun,
tiba-tiba ia mendapat inspirasi dan lahirlah Pancasila.
catatanzenmuttaqin.blogspot.com
“Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah
menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman
rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian
dikenal sebagai Pancasila,” cetus Bung Karno.
Lima mutiara itu adalah berharga itu adalah: Kebangsaan,
Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila
sekarang.
“Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu
perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong,” kata Bung
Karno.
Bung Karno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke
dalam bumi dan tradisi-tradisi nusantara sendiri. “Dan aku menemukan
lima butir mutiara yang indah,” ujarnya.
Guna mengenang keberadaan Soekarno di Ende dan pengingat lahirnya
Pancasila, saat ini patung Bung Karno berdiri tegak untuk memberikan
semangat nasionalisme kepada bangsa Indonesia.
Dan tahukah kamu, kata “Esa” yang artinya Satu merupakan bahasa
masyarakat Ende yang kini melekat dalam sila 1 Pancasila “Ketuhanan Yang
Maha Esa“.